Rekontradiksi

Maaf ya, elang.

Semalam argumen kami panjang.

Seperti 3 tahun yang telah hilang.

Sumpah, satu saja niat terbayang:

Engganku menyesal pada seukir rasa sayang.

 

Pernah aku merintih,

Adakah mereka dengar?

Hanya sibuk dengan dunia yang hingar bingar.

Pernah aku berteriak,

Adakah mereka datang?

Bukan untuk mataku, sedangkan hatiku tak tenang.

 

Dengar ya, elang.

Bukan aku tak mau pulang.

Meskipun ragaku kian terbang,

Jiwaku masih sederhana, elang.

Masih sejuk, meski cinta terbuang.

 

Sesekali di sela pagi, anganku melayang:

Seandainya rasa aman di dunia ini seperti uang,

Mungkin masih bisa kutukarkan sebuah gelang?

 

Iya elang, rasa aman.

Tempat hatiku bisa nyaman.

Bukan sekedar erat genggaman.

 

Leave a comment